pada suatu hari,ada sebuah keluarga kaya yang sedang sibuk mempersiapkan pesta ulang tahun anaknya yang ke 17.Mereka mempersiapkan pesta ini dengan semeriah mungkin.Keluarga ini merupakan keluarga yang terhormat.dimana sang ayah merupakan seorang pejabat daerah dan memiliki perkebunan yang sangat luas di kalimantan dan sumatera.
Senin, 08 November 2010
Cerita tentang Qurban (2) : Qurban Terbaik
Written by Administrator
Friday, 05 November 2010
Friday, 05 November 2010
Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan.
Cerita tentang Qurban (1) : Belum Haji sudah Mambrur (Kisah Yu Timah)
Written by Administrator
Friday, 05 November 2010
Friday, 05 November 2010
Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2 juta. Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu,
InsyaAllah…Menuju Haji Mabrur
Konon jaman dulu, pendahulu kita ketika akan melakukan ibadah haji bisa ada yang memakan selama bertahun-tahun. Pertama dikarenakan teknologi perjalanan yang masih mengandalkan jalur laut dan darat. Tetapi juga ada juga yang melakukan perjalanan sambil mencari bekal didalamnya, ketika sudah terkumpul dia akan melanjutkan arah tujuan demikian seterusnya.
Kuserahkan Jimat sebagai Awal Taubat
Berikut ini ada permohonan penyerahan jimat Ustadzt….”….”Ini adalah jimat dinamakan Lembu sekilan, berbentuk rompi..berkhasiat tahan peluru dan senjata apapun….. yang berikutnya disebut Kitab Istambul berupa kotak berisi buku kecil banget sebagai penglaris dan menambah kepercayaan diri…dan berikutnya adalah sabuk inten didalamnya bertuliskan tulisan-tulisan arab, konon dibeli seharga 5 juta dari seorang yang ‘pintar’ …..dan kemudian yang terakhir adalah tombak nogo sosro, peninggalan turun-temurun keluarga sebagai penjaga keselamatan keturunan keluarga…”
Menata Hati Di Era Bencana-Bencana Tiada Putus
Segala puji bagi Allah, betapa Allah Tuhan semesta Alam mendidik hamba-hamba-nya yang disayangi dengan nasehat dan didikan yang sangat-sangat lengkap. Perhatian dan curahan nikmat dan rahmat Allah senantiasa diberikan di sepanjang perjalanan hidupnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an yang artinya
.
Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. 57:22)
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 57:23) )
.
Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. 57:22)
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 57:23) )
Ketika Ketupat Telah Habis
Riak petasan atau kembang api di langit, pesta pora manusia di pusat belanja, kemacetan para pemudik di jalan menuju tanah air telah berlalu. Kupat,roti dan segala aneka makanan telah habis, Sementara masjid mulai sepi kembali ke kondisi ’semula’, jumlah shaff mengempis dan peserta kegiatan-kegiatan amal ibadah mulai menurun tergerus aktifitas keseharian yang mulai kembali menyibukkan. Kembali fokus bersibuk-ria seperti sebelum Ramadhan tiba, katanya
Masyarakat kita bergembira karena mereka telah menuntaskan ibadah sebulan berpuasa. Sebuah babak baru di bulan Syawal, apakah kembali kepada sifat kemaksiyatan dan keburukan ataukah benar-benar meninggalkan semua sifat keburukan menuju jiwa yang lebih baik?
Secara garis besar akan terbentuk dua kelompok ketikan memasuki bulan Syawal dan seterusnya.
Hamba Semusim vs Hamba Istiqamah
Kelompok pertama adalah orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Quran atau bahkan menangis dan bermurah hati dalam sedekah. Kita akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah.
Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan. Kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian nikmat dunia sesaat. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran, karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyaknya kemaksitan-kemaksiatan akan menghalangi hati dan pikir seorang hamba. Hati menjadi bruwet, berjelaga dan pekat menutupi kemurnian hati. Sehingga untuk mengucap “La ilaha illallah” ketika sakaratul mautpun lupa atau bahkan tidak bisa.
Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman. Hanya satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika terhimpit ditimpa kesusahan dan kesedihan. Jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Ya Alloh, jauhkanlahh hamba dari sifat manusia yang seperti ini….
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
(QS. Al Ma’arij (70) : 18-21)
Kelompok yang kedua : Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan. Mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa kecilnya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berbanyakkan dalam bersedekah dengan harta yang paling baik. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata. Seperti para shahabat Rasulullah SAW di jamannya.
Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui atau menyadari.
Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangan-nya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum’at dan jama’ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah-pun tidak akan
melihat apalagi peduli terhadapnya.
Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong dan merobek-robek kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai-demi helai benang dengan tanpa sebab.
Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun kemudian ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk keperangkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.
Sobat, ingatlah bahwa lepasnya keimanan itu mudah sekali. Pagi beriman, sore mati dalam kekafiran dan begitupun sebaliknya. Mudah! seolah semudah menarik rambut dari tepung dan secepat unta liar yang lepas dari pengaitnya.
Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS.Al A’raaf (7):175-176)
Amal yang paling dicintai oleh Allah
Rasulullah SAW pernah ditanya : Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: “Yakni yang terus menerus walaupun sedikit”. Aisyah RA ditanya: Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: “Tidak, namun Beliau mengerjakan secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan SAW .
The last…Mari kita jaga amal dan ibadah semaksimal mungkin. Banyaklah berdoa
Seorang petinju yang selalu berlatih ….mustinya akan semakin pintar dan kuat dalam menghadapi lawan. Begitu juga kita yang telah berlatih berulang-ulang di musim Ramadhan dalam menghadapi berbagai godaan syetan, mustinya kita menjadi lebih kuat dan SEMANGATT. Sesuai cita-cita Taqwa :
Semoga bermanfaat -
Kiriman dari seorang warga Colomadu
Masyarakat kita bergembira karena mereka telah menuntaskan ibadah sebulan berpuasa. Sebuah babak baru di bulan Syawal, apakah kembali kepada sifat kemaksiyatan dan keburukan ataukah benar-benar meninggalkan semua sifat keburukan menuju jiwa yang lebih baik?
Secara garis besar akan terbentuk dua kelompok ketikan memasuki bulan Syawal dan seterusnya.
Hamba Semusim vs Hamba Istiqamah
Kelompok pertama adalah orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Quran atau bahkan menangis dan bermurah hati dalam sedekah. Kita akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah.
Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan. Kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian nikmat dunia sesaat. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اْلجُوْعُ وَ اْلعَطَشُ. ابن خزيمة
Berapa banyak orang berpuasa hasil yang diperoleh dari puasanya itu hanyalah lapar dan haus saja. [HR. Ibnu Khuzaimah]Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran, karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyaknya kemaksitan-kemaksiatan akan menghalangi hati dan pikir seorang hamba. Hati menjadi bruwet, berjelaga dan pekat menutupi kemurnian hati. Sehingga untuk mengucap “La ilaha illallah” ketika sakaratul mautpun lupa atau bahkan tidak bisa.
Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman. Hanya satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika terhimpit ditimpa kesusahan dan kesedihan. Jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Ya Alloh, jauhkanlahh hamba dari sifat manusia yang seperti ini….
وَجَمَعَ فَأَوْعَى -إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا -إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا -وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
18. serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
(QS. Al Ma’arij (70) : 18-21)
قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ
Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” (QS. An’am (6) : 64)Kelompok yang kedua : Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan. Mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa kecilnya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berbanyakkan dalam bersedekah dengan harta yang paling baik. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata. Seperti para shahabat Rasulullah SAW di jamannya.
Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui atau menyadari.
Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangan-nya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum’at dan jama’ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah-pun tidak akan
melihat apalagi peduli terhadapnya.
Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong dan merobek-robek kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai-demi helai benang dengan tanpa sebab.
Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun kemudian ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk keperangkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.
Sobat, ingatlah bahwa lepasnya keimanan itu mudah sekali. Pagi beriman, sore mati dalam kekafiran dan begitupun sebaliknya. Mudah! seolah semudah menarik rambut dari tepung dan secepat unta liar yang lepas dari pengaitnya.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ -وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS.Al A’raaf (7):175-176)
Amal yang paling dicintai oleh Allah
Rasulullah SAW pernah ditanya : Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: “Yakni yang terus menerus walaupun sedikit”. Aisyah RA ditanya: Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: “Tidak, namun Beliau mengerjakan secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan SAW .
The last…Mari kita jaga amal dan ibadah semaksimal mungkin. Banyaklah berdoa
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً، اِنَّكَ اَنْتَ اْلوَهَّابُ.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau lah Maha Pemberi (karunia). [QS. Ali Imran : 8]يَا مُقَلّبَ اْلقُلُوْبِ ثَبّتْ قَلْبِى عَلى دِيْنِكَ. فَقُلْتُ
…(Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu)….(HR.Tirmidzi)Seorang petinju yang selalu berlatih ….mustinya akan semakin pintar dan kuat dalam menghadapi lawan. Begitu juga kita yang telah berlatih berulang-ulang di musim Ramadhan dalam menghadapi berbagai godaan syetan, mustinya kita menjadi lebih kuat dan SEMANGATT. Sesuai cita-cita Taqwa :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu AGAR KAMU BERTAQWA (QS. Al BAqarah (2):183)Semoga bermanfaat -
Kiriman dari seorang warga Colomadu
Mencermati Terjadinya Musibah
Solopos (29/10/2010). Allah SWT berjanji kepada orang-orang yang bertaqwa akan memudahkan semua urusannya, akan diberi jalan keluar dari semua kesulitan yang dihadapinya, memberi rezqi yang tidak disangka-sangka, bahkan kepada penduduk negeri yang bertaqwa Allah menjanjikan akan dibukakan berkah dari langit maupun dari bumi.
“ dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“
“dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.“
“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya“. [QS. Ath-Thalaaq : 2-5]
Sehingga negeri itu menjadi negeri yang ma’mur, tenteram, damai dan rakyatnya hidup sejahtera (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur).
Selanjutnya pada ayat itu pula Allah memberikan peringatan dan ancaman, kalau penduduk negeri itu mendustakan ayat-ayat Allah akan ditimpakan siksa kepada mereka. Kaum Saba’ adalah satu kaum yang dianugerahi oleh Allah suatu negeri yang subur, rezqinya berlimpah ruah (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur), tetapi karena mereka berpaling/tidak bersyukur, maka Allah datangkan banjir yang besar yang menyebabkan jebolnya bendungan Ma’rib, negerinya menjadi hancur dan ditumbuhi pohon-pohon yang buahnya pahit dan tidak enak dimakan.
“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr“. [QS. Saba' : 15-16]
Allah berkuasa mendatangkan adzab dari atas (hujan batu, hujan abu, awan panas dan sebagainya), dan adzab dari bawah kakimu (banjir, gempa bumi, tsunami dan sebagainya), dan bentuk adzab yang lain adalah mencampurkan kamu pada kelompok yang saling bertikai, satu sama lain ingin merasakan keganasannya.
Hal itu dijelaskan oleh Allah agar manusia memperhatikan. Oleh karena itu kita sebagai penduduk yang dikaruniai oleh Allah negeri yang subur ini perlu dan harus memperhatikan peringatan Allah dan memperhatikan mushibah demi mushibah yang bertubi-tubi menimpa negeri ini.
Kalau kita renungkan, rasanya tiga bentuk adzab yang disebutkan oleh ayat tersebut sudah lengkap menimpa negeri ini, mungkinkah nasib bangsa ini seperti yang dialami oleh kaum Saba’ ? Gejala-gejala yang kita lihat lebih mengkhawatirkan daripada yang dialami oleh kaum Saba’. Selain terjadi banjir karena jebolnya bendungan, juga terjadi banjir yang lebih besar, seperti di Wasior (Irian Jaya), dan banjir-banjir yang terjadi di tempat lain, bahkan terjadi Tsunami yang lebih dahsyat lagi, di Aceh tahun 2004 yang lalu, sekarang terjadi lagi tsunami di Mentawai yang menelan korban ratusan jiwa yang meninggal dan yang hilang, disusul dengan letusan gunung berapi (gunung Merapi) yang meletus pada Selasa 26 Oktober 2010 kemarin, yang meluluh lantakkan beberapa desa yang diterjang awan panas, rumah-rumah dan bangunan hancur, tidak ada makhluq hidup yang bisa bertahan, banyak manusia dan hewan-hewan yang mati terbakar oleh awan panas yang biasa disebut “wedhus gembel”.
Belumkah kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran bagi kita semua dengan terjadinya mushibah yang bertubi-tubi di negeri ini ? Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya serukan kepada saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air di negeri ini, kepada seluruh pemegang kekuasaan, para penegak hukum dan para wakil-wakil rakyat,
“Takutlah kepada Allah, jadilah pemimpin yang bisa memegang amanah dan melayani rakyat, jangan menjadi pemimpin yang menipu, membohongi rakyat. Kepada seluruh rakyat, jadilah rakyat yang baik, hormatilah para pemimpin, sampaikan kritik-kritik yang membangun pada para pemimpin, jangan berbuat anarkis, jangan melakukan pengrusakan yang akan menjadikan negeri ini semakin sulit. Wujudkan persaudaraan yang mantap sesama bangsa yang dipadu dengan ketaqwaan kepada Allah, hentikan pertikaian dan permusuhan, ciptakan perdamaian dan kita segera bertaubat kepada Allah, agar adzab yang menimpa kaum Saba‘ tidak menimpa kepada bangsa kita“.
Semoga bermanfaat untuk kita semua, aamiin ya robbal ‘aalamiin.
Oleh : Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua Umum Majlis Tafsir Al-Qur‘an (MTA)
Source : http://mta-online.com/v2/2010/11/05/mencermati-terjadinya-musibah/
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)وَاللائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولاتُ الأحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (٤)ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.““ dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“
“dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.“
“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya“. [QS. Ath-Thalaaq : 2-5]
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.“[QS.Al-A'raaf : 96]Sehingga negeri itu menjadi negeri yang ma’mur, tenteram, damai dan rakyatnya hidup sejahtera (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur).
Selanjutnya pada ayat itu pula Allah memberikan peringatan dan ancaman, kalau penduduk negeri itu mendustakan ayat-ayat Allah akan ditimpakan siksa kepada mereka. Kaum Saba’ adalah satu kaum yang dianugerahi oleh Allah suatu negeri yang subur, rezqinya berlimpah ruah (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur), tetapi karena mereka berpaling/tidak bersyukur, maka Allah datangkan banjir yang besar yang menyebabkan jebolnya bendungan Ma’rib, negerinya menjadi hancur dan ditumbuhi pohon-pohon yang buahnya pahit dan tidak enak dimakan.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr“. [QS. Saba' : 15-16]
Allah berkuasa mendatangkan adzab dari atas (hujan batu, hujan abu, awan panas dan sebagainya), dan adzab dari bawah kakimu (banjir, gempa bumi, tsunami dan sebagainya), dan bentuk adzab yang lain adalah mencampurkan kamu pada kelompok yang saling bertikai, satu sama lain ingin merasakan keganasannya.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. [QS. Al-An'aam : 65]Hal itu dijelaskan oleh Allah agar manusia memperhatikan. Oleh karena itu kita sebagai penduduk yang dikaruniai oleh Allah negeri yang subur ini perlu dan harus memperhatikan peringatan Allah dan memperhatikan mushibah demi mushibah yang bertubi-tubi menimpa negeri ini.
Kalau kita renungkan, rasanya tiga bentuk adzab yang disebutkan oleh ayat tersebut sudah lengkap menimpa negeri ini, mungkinkah nasib bangsa ini seperti yang dialami oleh kaum Saba’ ? Gejala-gejala yang kita lihat lebih mengkhawatirkan daripada yang dialami oleh kaum Saba’. Selain terjadi banjir karena jebolnya bendungan, juga terjadi banjir yang lebih besar, seperti di Wasior (Irian Jaya), dan banjir-banjir yang terjadi di tempat lain, bahkan terjadi Tsunami yang lebih dahsyat lagi, di Aceh tahun 2004 yang lalu, sekarang terjadi lagi tsunami di Mentawai yang menelan korban ratusan jiwa yang meninggal dan yang hilang, disusul dengan letusan gunung berapi (gunung Merapi) yang meletus pada Selasa 26 Oktober 2010 kemarin, yang meluluh lantakkan beberapa desa yang diterjang awan panas, rumah-rumah dan bangunan hancur, tidak ada makhluq hidup yang bisa bertahan, banyak manusia dan hewan-hewan yang mati terbakar oleh awan panas yang biasa disebut “wedhus gembel”.
Belumkah kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran bagi kita semua dengan terjadinya mushibah yang bertubi-tubi di negeri ini ? Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya serukan kepada saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air di negeri ini, kepada seluruh pemegang kekuasaan, para penegak hukum dan para wakil-wakil rakyat,
“Takutlah kepada Allah, jadilah pemimpin yang bisa memegang amanah dan melayani rakyat, jangan menjadi pemimpin yang menipu, membohongi rakyat. Kepada seluruh rakyat, jadilah rakyat yang baik, hormatilah para pemimpin, sampaikan kritik-kritik yang membangun pada para pemimpin, jangan berbuat anarkis, jangan melakukan pengrusakan yang akan menjadikan negeri ini semakin sulit. Wujudkan persaudaraan yang mantap sesama bangsa yang dipadu dengan ketaqwaan kepada Allah, hentikan pertikaian dan permusuhan, ciptakan perdamaian dan kita segera bertaubat kepada Allah, agar adzab yang menimpa kaum Saba‘ tidak menimpa kepada bangsa kita“.
Semoga bermanfaat untuk kita semua, aamiin ya robbal ‘aalamiin.
Oleh : Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua Umum Majlis Tafsir Al-Qur‘an (MTA)
Source : http://mta-online.com/v2/2010/11/05/mencermati-terjadinya-musibah/
Athan Basic
Athan Basic bis membantu ummat isslam untuk shalat lebih tepat waktu, ga percaya ????
Click disini untuk Download
Click disini untuk Download
Hukum Membaca Basmalah Dalam Shalat
Apakah Wajib Mengeraskan Bacaan ’Basmalah’ dalam Shalat Berjamaah?
25/11/2008
Bagaimana hukum membaca basmalah atau lafadz
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
dalam Surat al-Fatihah ketika shalat? Dan kalau wajib, apakah harus dikeraskan bacaannya? Sebelum menjawab pertanyaan ini akan dibahas mengenai status surat al-Fatihah dalam shalat.
Membaca Surat al-Fatihah merupakan rukun shalat, baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah. Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi SAW berikut ini:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ صَامِتٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi SAW menyampaikan padanya bahwa tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca suratt al-Fatihah. (HR Muslim)
Sementara basmalah merupakan ayat dari Surat al-Fatihah. Maka tidak sah jika seseorang shalat tanpa membaca basmalah berdasarkan dengan firman Allah SWT :
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu (Nabi Muhammad) tujuh ayat yang berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. (QS al-Hijr: 87)
Yang dimaksud dengan ”tujuh ayat yang berulang-ulang”' adalah Surat al-Fatihah. Karena al-Fatihah itu terdiri dari ayat yang dibaca secara berulang-ulang pada tiap-tiap raka'at shalat. Dan ayat yang pertama adalah basmalah. Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَ أُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِ
Dari Abu Hurairah beliau berkata, Rasalullah SAW bersabda, ”alhamdu lillahi rabbil 'alamin” merupakan induk Al-Qur’an, pokoknya al-Kitab, serta Surat as-Sab'ul Matsani. (HR Abu Dawud)
Berdasarkan dalil ini, Imam Syafi'i RA mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari ayat yang tujuh dalam surat al-Fatihah. Jika ditinggalkan, baik seluruhnya maupun sebagian, maka raka' at shalatnya tidak sah.
قَالَ الشَّافِعِيُّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ الآيَاتُ السَّابِعَةُ فَإِنْ تَرَكَهَا أَوْ بَعْضَهَا لَمْ تُجْزِهِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَرَكَهَا فِيْهَا
Imam Syafi'f RA mengatakan bahwa basmalah merupakan tujuh ayat dari surat al-Fatiاah. Apabila ditinggalkan atau tidak dibaca sebagian ayatnya, maka raka'atnya tidak cukup. (Al-Umm, juz I, haL 129)
Karena merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka basmalah ini juga dianjurkan untuk dikeraskan ketika seseorang membaca al-Fatihah dalam shalatnya, sesuai dengan Hadits Nabi SAW:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْهَرُ بِالْبَسْمَلَةِ
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW (selalu) mengeraskan suaranya ketika membaca basmalah (dalam shalat). (HR Bukhari)
Menjelaskan hadits ini, 'Ali Nayif Biqa'i dalam tahqiq kitab Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi karangan Syeikh as-Subki menjelaskan:
"Ibn Khuzaimah berkata dalam kitab Mushannaf-nya menyatakan, pendapat yang menyatakan sunnah mengeraskan basmalah merupakan pendapat yang benar. Ada hadits dari Nabi SAW dengan sanad yang muttashil (urutan perawi hadfts yang sampai langsung kepada Nabi Muhanzmad SAW), tidak diragukan, serta tidak ada keraguan dari para ahli hadfts tentang shahih serta muttashil-nya sanad hadfts ini. Lalu Ibn Khuzaimah berkata, telah jelas dan telah terbukti bahwa Nabi SAW (dalam hadits tersebut) mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat.” (Ma’na Qawl al-Imam al-Muththalibi Izda Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi, hal 161)
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa basmalah merupakan sebagian surat dari al-Fatihah, sehingga harus dibaca manakala membaca al-Fatihah dalam shalat. Dan juga basmalah disunnahkan untuk dikeraskan dalam shalat jahriyyah atau shalat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara yakni maghrib, isya’ dan subuh dan beberapa shalat sunnah berjamaah yang dikerjakan pada malam hari.
Sunnah artinya lebih utama dikerjakan tapi tidak sampai pada hukum wajib. Kesunnahan mengeraskan bacaan basmalah ini sebagaimana sunnahnya mengeraskan keseluruhan al-Fatihah dalam shalat jahriyyah tersebut.
KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
jadi?
25/11/2008
Bagaimana hukum membaca basmalah atau lafadz
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
dalam Surat al-Fatihah ketika shalat? Dan kalau wajib, apakah harus dikeraskan bacaannya? Sebelum menjawab pertanyaan ini akan dibahas mengenai status surat al-Fatihah dalam shalat.
Membaca Surat al-Fatihah merupakan rukun shalat, baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah. Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi SAW berikut ini:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ صَامِتٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi SAW menyampaikan padanya bahwa tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca suratt al-Fatihah. (HR Muslim)
Sementara basmalah merupakan ayat dari Surat al-Fatihah. Maka tidak sah jika seseorang shalat tanpa membaca basmalah berdasarkan dengan firman Allah SWT :
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu (Nabi Muhammad) tujuh ayat yang berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. (QS al-Hijr: 87)
Yang dimaksud dengan ”tujuh ayat yang berulang-ulang”' adalah Surat al-Fatihah. Karena al-Fatihah itu terdiri dari ayat yang dibaca secara berulang-ulang pada tiap-tiap raka'at shalat. Dan ayat yang pertama adalah basmalah. Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَ أُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِ
Dari Abu Hurairah beliau berkata, Rasalullah SAW bersabda, ”alhamdu lillahi rabbil 'alamin” merupakan induk Al-Qur’an, pokoknya al-Kitab, serta Surat as-Sab'ul Matsani. (HR Abu Dawud)
Berdasarkan dalil ini, Imam Syafi'i RA mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari ayat yang tujuh dalam surat al-Fatihah. Jika ditinggalkan, baik seluruhnya maupun sebagian, maka raka' at shalatnya tidak sah.
قَالَ الشَّافِعِيُّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ الآيَاتُ السَّابِعَةُ فَإِنْ تَرَكَهَا أَوْ بَعْضَهَا لَمْ تُجْزِهِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَرَكَهَا فِيْهَا
Imam Syafi'f RA mengatakan bahwa basmalah merupakan tujuh ayat dari surat al-Fatiاah. Apabila ditinggalkan atau tidak dibaca sebagian ayatnya, maka raka'atnya tidak cukup. (Al-Umm, juz I, haL 129)
Karena merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka basmalah ini juga dianjurkan untuk dikeraskan ketika seseorang membaca al-Fatihah dalam shalatnya, sesuai dengan Hadits Nabi SAW:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْهَرُ بِالْبَسْمَلَةِ
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW (selalu) mengeraskan suaranya ketika membaca basmalah (dalam shalat). (HR Bukhari)
Menjelaskan hadits ini, 'Ali Nayif Biqa'i dalam tahqiq kitab Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi karangan Syeikh as-Subki menjelaskan:
"Ibn Khuzaimah berkata dalam kitab Mushannaf-nya menyatakan, pendapat yang menyatakan sunnah mengeraskan basmalah merupakan pendapat yang benar. Ada hadits dari Nabi SAW dengan sanad yang muttashil (urutan perawi hadfts yang sampai langsung kepada Nabi Muhanzmad SAW), tidak diragukan, serta tidak ada keraguan dari para ahli hadfts tentang shahih serta muttashil-nya sanad hadfts ini. Lalu Ibn Khuzaimah berkata, telah jelas dan telah terbukti bahwa Nabi SAW (dalam hadits tersebut) mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat.” (Ma’na Qawl al-Imam al-Muththalibi Izda Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi, hal 161)
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa basmalah merupakan sebagian surat dari al-Fatihah, sehingga harus dibaca manakala membaca al-Fatihah dalam shalat. Dan juga basmalah disunnahkan untuk dikeraskan dalam shalat jahriyyah atau shalat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara yakni maghrib, isya’ dan subuh dan beberapa shalat sunnah berjamaah yang dikerjakan pada malam hari.
Sunnah artinya lebih utama dikerjakan tapi tidak sampai pada hukum wajib. Kesunnahan mengeraskan bacaan basmalah ini sebagaimana sunnahnya mengeraskan keseluruhan al-Fatihah dalam shalat jahriyyah tersebut.
KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
jadi?
Anak Adalah Perhiasan Kehidupan Dunia
Anak merupakan salah satu perhiasan dalam kehidupan ini, hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..”. Hal ini juga ditegaskan oleh Nabi SAW yang berpesan agar kita berhati-hati dalam memelihara dan membina jiwa anak. Jangan sampai mengesankan kekerasan yang dapat dibawanya sampai dewasa. Berapapun usianya, seorang anak adalah seorang manusia yang memiliki jiwa, perasaan dan kepribadian. Mereka harus diperlakukan dengan semestinya dan apa adanya. Bukankah kita ingat akan statement yang mengatakan bahwa anak berlajar dari lingkungannya.. Apabila ia dibesarkan dengan celaan dan permusuhan dan maka ia akan belajar memaki, berkelahi serta akan merasa rendah diri. Tapi jika ia dibesarkan dengan rasa aman, persahabatan dan kasih sayang, maka ia akan mejadi pribadi yang percaya diri, tawadlu dan menemukan cinta dalam kehidupannya.
Dalam beberapa hadits tentang anak, kita dapat mengetahui, bahwa Nabi SAW berkeinginan bahwa perlakuan terhadap anak dipandang sebagai sesuatu yang serius. Sebab jika salah urus nantinya bisa saja diantara mereka ada yang justru menjadi ‘musuh bagi orang tua’. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Surat At-Taghobun ayat 14.
“ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka..”
Mereka bisa saja akan menjadi anak-anak muda yang liar, generasi yang terjerumus kedalam kriminalisme, vandalisme, alkoholisme dan perilaku yang tak terpuji lainnya.
Rosulullah SAW pernah bersabda ” Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya, sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.” lalu seorang shahabat bertanya ”Bagaimana cara membantunya ya Rosulullah?” Rosulullah menjawab ” Dengan menghargai usahanya walau kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan yang berat dan tidak memakinya dengan makian yang melukai hatinya”
Tugas mendidik anak tidak hanya menjadi tugas guru / ustadz dan orang tua, tapi juga tugas kita bersama sebagai masyarakat, yang termasuk sebagai salah satu faktor pendidikan, dengan berkolaborasi menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak-anak kita, baik di lingkungan sekolah/tempat belajar, di lingkungan masyarakat tempat anak bersosialisasi dan di lingkungan keluarga, tampat ia bisa menemukan sosok idola dan teladan bagi kehidupannya. Bagaimana agar sang bunda bisa menjadi teladan dengan keteduhan dan kelembutan kasih sayangnya serta sang ayah bisa menjadi idola keperkasaan, kejujuran dan ketegasan. Maka jangan biarkan anak-anak kita kehilangan belaian cinta dan keteladan dari ayah bundanya, sehingga ia tidak akan menyanyikan lagu lama The Beatles ” mama don’t go... daddy come home..”
Allah SWT telah memberikan panduan melalui Firman-firman-Nya dan Rasul utusan-Nya, untuk kita bersama-sama mewujudkan generasi Rabbani, generasi qur’ani yang menjadikan anak-anak kelak sebagai penolong bagi ayah bundanya.
Langganan:
Postingan (Atom)