Masyarakat kita bergembira karena mereka telah menuntaskan ibadah sebulan berpuasa. Sebuah babak baru di bulan Syawal, apakah kembali kepada sifat kemaksiyatan dan keburukan ataukah benar-benar meninggalkan semua sifat keburukan menuju jiwa yang lebih baik?
Secara garis besar akan terbentuk dua kelompok ketikan memasuki bulan Syawal dan seterusnya.
Hamba Semusim vs Hamba Istiqamah
Kelompok pertama adalah orang yang pada bulan Ramadhan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan sujud, shalat, membaca Al-Quran atau bahkan menangis dan bermurah hati dalam sedekah. Kita akan tertegun melihat kesungguhan dan giatnya dalam beribadah.
Namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan. Kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan kelalaian nikmat dunia sesaat. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اْلجُوْعُ وَ اْلعَطَشُ. ابن خزيمة
Berapa banyak orang berpuasa hasil yang diperoleh dari puasanya itu hanyalah lapar dan haus saja. [HR. Ibnu Khuzaimah]Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran, karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya maka ia mendekati kebinasaan. Banyaknya kemaksitan-kemaksiatan akan menghalangi hati dan pikir seorang hamba. Hati menjadi bruwet, berjelaga dan pekat menutupi kemurnian hati. Sehingga untuk mengucap “La ilaha illallah” ketika sakaratul mautpun lupa atau bahkan tidak bisa.
Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba musiman. Hanya satu musim saja (yakni Ramadhan), atau hanya ketika terhimpit ditimpa kesusahan dan kesedihan. Jika musim atau kesusahan itu telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Ya Alloh, jauhkanlahh hamba dari sifat manusia yang seperti ini….
وَجَمَعَ فَأَوْعَى -إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا -إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا -وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
18. serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,
(QS. Al Ma’arij (70) : 18-21)
قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ
Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” (QS. An’am (6) : 64)Kelompok yang kedua : Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan. Mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa kecilnya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berbanyakkan dalam bersedekah dengan harta yang paling baik. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata. Seperti para shahabat Rasulullah SAW di jamannya.
Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah! Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui atau menyadari.
Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan pandangan-nya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum’at dan jama’ah dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka Allah-pun tidak akan
melihat apalagi peduli terhadapnya.
Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong dan merobek-robek kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai-demi helai benang dengan tanpa sebab.
Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun kemudian ia berpaling dari keduanya, dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia masuk keperangkap syetan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah mindzalik.
Sobat, ingatlah bahwa lepasnya keimanan itu mudah sekali. Pagi beriman, sore mati dalam kekafiran dan begitupun sebaliknya. Mudah! seolah semudah menarik rambut dari tepung dan secepat unta liar yang lepas dari pengaitnya.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ -وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS.Al A’raaf (7):175-176)
Amal yang paling dicintai oleh Allah
Rasulullah SAW pernah ditanya : Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: “Yakni yang terus menerus walaupun sedikit”. Aisyah RA ditanya: Bagaimana Rasulullah mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai beberapa hari tertentu, ia menjawab: “Tidak, namun Beliau mengerjakan secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan SAW .
The last…Mari kita jaga amal dan ibadah semaksimal mungkin. Banyaklah berdoa
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً، اِنَّكَ اَنْتَ اْلوَهَّابُ.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau lah Maha Pemberi (karunia). [QS. Ali Imran : 8]يَا مُقَلّبَ اْلقُلُوْبِ ثَبّتْ قَلْبِى عَلى دِيْنِكَ. فَقُلْتُ
…(Ya Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu)….(HR.Tirmidzi)Seorang petinju yang selalu berlatih ….mustinya akan semakin pintar dan kuat dalam menghadapi lawan. Begitu juga kita yang telah berlatih berulang-ulang di musim Ramadhan dalam menghadapi berbagai godaan syetan, mustinya kita menjadi lebih kuat dan SEMANGATT. Sesuai cita-cita Taqwa :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu AGAR KAMU BERTAQWA (QS. Al BAqarah (2):183)Semoga bermanfaat -
Kiriman dari seorang warga Colomadu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar