Tampilkan postingan dengan label Buletin Roudhoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buletin Roudhoh. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 November 2010

Anak Adalah Perhiasan Kehidupan Dunia


Anak merupakan salah satu perhiasan dalam kehidupan ini, hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 “Harta  dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..”. Hal ini juga ditegaskan oleh Nabi SAW yang berpesan agar kita berhati-hati dalam memelihara dan membina jiwa anak. Jangan sampai mengesankan kekerasan yang dapat dibawanya sampai dewasa. Berapapun usianya, seorang anak adalah seorang manusia yang memiliki jiwa, perasaan dan kepribadian. Mereka harus diperlakukan dengan semestinya dan  apa adanya. Bukankah kita ingat akan statement yang mengatakan bahwa anak berlajar dari lingkungannya.. Apabila ia dibesarkan dengan celaan dan permusuhan dan  maka ia akan belajar memaki, berkelahi serta akan merasa rendah diri. Tapi jika ia dibesarkan dengan rasa aman, persahabatan dan kasih sayang, maka ia akan mejadi pribadi yang percaya diri, tawadlu dan menemukan cinta dalam kehidupannya. 
Dalam beberapa hadits tentang anak, kita dapat mengetahui, bahwa Nabi SAW berkeinginan bahwa perlakuan terhadap anak dipandang sebagai sesuatu yang serius. Sebab jika salah urus nantinya bisa saja diantara mereka ada yang justru menjadi ‘musuh bagi orang tua’. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Surat At-Taghobun ayat 14.


“ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka..”
Mereka bisa saja akan menjadi anak-anak muda yang liar, generasi yang terjerumus kedalam kriminalisme, vandalisme, alkoholisme dan perilaku yang tak terpuji lainnya.
Rosulullah SAW pernah bersabda ” Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya, sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.” lalu seorang shahabat bertanya ”Bagaimana cara membantunya ya Rosulullah?” Rosulullah menjawab ” Dengan menghargai usahanya walau kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan yang berat dan tidak memakinya dengan makian yang melukai hatinya”
Tugas mendidik anak tidak hanya menjadi tugas guru / ustadz dan orang tua, tapi juga tugas kita bersama sebagai masyarakat, yang termasuk sebagai salah satu faktor pendidikan, dengan berkolaborasi menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak-anak kita, baik di lingkungan sekolah/tempat belajar, di lingkungan masyarakat tempat anak bersosialisasi dan di lingkungan keluarga, tampat ia bisa menemukan sosok idola dan teladan bagi kehidupannya. Bagaimana agar sang bunda bisa menjadi teladan dengan keteduhan dan kelembutan kasih sayangnya serta sang ayah bisa menjadi idola keperkasaan, kejujuran dan ketegasan. Maka jangan biarkan anak-anak kita kehilangan belaian cinta dan keteladan dari ayah bundanya, sehingga ia tidak akan menyanyikan lagu lama The Beatles ” mama don’t go... daddy come home..”
Allah SWT telah memberikan panduan melalui Firman-firman-Nya dan Rasul utusan-Nya, untuk kita bersama-sama mewujudkan generasi Rabbani, generasi qur’ani yang menjadikan anak-anak kelak sebagai penolong bagi ayah bundanya.

Jumat, 29 Oktober 2010

MENGUTAMAKAN PENDIDIKAN ANAK MUSLIM

Pendidikan bagi anak-anak muslim merupakan bagian yang tak terpisah dari seluruh sistem mulai dalam islam dengan pedoman Al-Quran dan As-Sunah.
Sesungguhnya,suatu pendidikan menitikberatkan pada aspek dalam individu yang dapat mempengaruhi seluruh aspek lainnya,yang disebut sebagai aspek effektif. Aspek ini membekali sistem nilai bagi individu melalui pendidikan yang dijalaninya. Bagi seorang muslim, ini berkaitan dengan tata hubungan kepada Allah SWT, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh rangkaian keyakinan yang di sebut aqidah.



TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan yang demikian juga telah disyaratkan  Rosulullah SAW dalam sabdanya, “barang siapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya, dan apa bila tak mampu maka cegahlah dengan lisannya, dan apabila tak mampu maka cegahlah dengan hatinya.” Dari hadits ini dapat di ambil pelajaran bahwa inti tujuan pendidukan adalah untuk melahirkan sosok individu yang dapat mencegah kemungkaran dengan seluruh sistem kerja hati –lisan-tindakan. Hati merupakan pusat penggerak lahirnya sebuah aspek dalam individu, yang selanjutnya membentuk minat, motivasi dan dorongan keinginan. Sedangkan aktivitas lisan dan tindakan merupakan bagian yang integral dari seluruh rangkaian  kerja hati. Dalam hal ini aspek effektif hanya merupakan refleksi dari keadaan dan suasana hati tersebut.
Sebenarnya, ketika seorang individu melakukan suatu tindakan[aspek psikomotor], aspek yang lain[effektif dan kognitif] sudah mendahuluinya yang menyebabkan tindakan tersebut terjadi, sebab tindakan akan timbul berdasarkan dorongan yang kuat dari dalam diri dan dengan pengetahuan yang menggambarkan tindakan yang akan di lakukan. Persoalannya, bagaimana seorang anak muslim akan bertindak secara islami, jika pemahaman dan dorongan emosinya sudah terkontaminasi dengan unsur-unsur di luar islam, yang menyebabkan rusaknya seluruh sendi-sendi nilai yang ada padanya? Untuk itu, yang perlu menjadi perhatian dalam tujuan pendidikan bagi anak-anak muslim adalah memberikan prioritas utama pada aspek effektif dengan menenamkan nilai-nilai aqidah yang benar yang merupakan landasan kerja dari seluruh aktivitas seorang muslim, membekali pengetahuan yang benar sehingga membentuk wawasan islami yang jelas dan wawasan teoritis keilmuan yang memedai, dan melatih ketrampilan.

Akhirnya, kita harus memahami aktivitas mendidik bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan pelatihan kerja motorik saja akan tetapi lebih dari itu, pendidikan merupakan sarana/usaha untuk menjalani kehidupan yang memiliki tujuan pengabdian kepada Allah SWT.