Seorang ayah yang bijak mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat nakal. Ia sangat senang bertengkar dan berkelahi dengan temannya. Selain nakal, anak tersebut juga pemarah, mudah tersinggung, dan suka bertutur kata yang tidak baik.
Pada suatu hari, sang Ayah bijak memanggil anak tersebut. “Nak, kemarilah … Aku ingin memberikan suatu tugas untukmu”. Anak tersebut menghampiri ayahnya, “Ada tugas apa ayah?” tanya si anak. Lalu sang Ayah berkata, “Begini ... aku ingin kau menancapkan paku di pagar setiap engkau berselisih dengan temanmu”. “Baik, ayah ...” kata si anak.
Hari pertama pun dijalani oleh si anak. Pada hari pertama, si anak menancapkan 15 buah paku pada pagar, lalu berkurang pada hari kedua dan seterusnya hingga ia tidak bertengkar lagi dengan temannya dan ia tidak lagi menancapkan paku di pagar rumahnya.
Lalu si anak menghampiri sang Ayah dan berkata, “Aku sudah tidak menancapkan paku di pagar lagi, Ayah. Apakah tugasku sudah selesai?” Sang Ayah menjawab, “Baik, coba kau cabut semua paku yang telah engkau tanam di pagar itu nak …” kata sang Ayah.
Si Anak pun segera mengerjakan perintah ayahnya, ia dengan cekatan mencabut semua paku yang ia tanam di pagar, setelah selesai si anak kembali menghampiri ayahnya,” semua paku telah kucabut, Ayah. Apakah tugasku selesai?” tanya si Anak. Lalu sang Ayah menjawab, “Coba kau perhatikan pagar yang telah engkau cabut pakunya, pasti ada bekasnya kan?” Lalu dijawab oleh sang Anak, “Tentu saja, Ayah”. Lalu ayahnya pun berkata lagi, “Nah, begitulah jika kau menyakiti perasaan orang lain nak, tak cukup dengan hanya minta maaf, karena segala hal yang menyakiti perasaan seseorang tersebut akan selalu berbekas seperti kau menancapkan sebilah pisau pada punggung seseorang, walau bagaimanapun pasti ada bekas lukanya.
Subhanallah, dari cerita diatas kita bisa mengambil hikmah yang sangat penting yaitu tidak menyakiti perasaan orang lain, karena kita tahu di agama Islam sangat dilarang menyakiti perasaan orang lain, baik non-muslim maupun saudara muslim kita. Tidak perlu dilihat dari agama, dari norma, dan sopan santun saja kita dilarang menyakiti perasaan semua orang lain. Sungguh betapa pentingnya menjaga perasaan orang lain, semoga kita yang telah membaca tulisan ini dapat mengamalkan perbuatan terpuji “menjaga perasaan orang lain” dikehidupan kita sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar